St. Gregorius Dari Nyssa: Kehidupan Musa (Perenungan Tentang Penyeberangan Melewati Laut Merah)

Hendi

Sep 28

Menyeberangi Laut Merah

Tidak seorang pun yang membaca ini seharusnya tidak menyadari misteri air. Orang yang turun ke dalamnya bersama pasukan musuh akan muncul ke permukaan sendirian, meninggalkan pasukan musuh untuk tenggelam di dalam air.

Karena siapa yang tidak menyadari bahwa tentara Mesir dengan kuda-kudanya, kereta-kereta, para kusir, pemanah, pengumban, tentara bersenjata lengkap, dan musuh-musuh lainnya, adalah hawa nafsu yang dapat memperbudak manusia? Karena pikiran yang tidak bisa diatur dan dorongan daging mendorong seseorang kepada kesenangan, kesedihan, dan iri hati yang tidak dapat dibedakan dari tentara yang telah dibicarakan sebelumnya. Mengumpat adalah batu yang dilemparkan langsung dari gendongan. Emosi yang panas adalah titik bergetar dari tombak. Gairah yang cenderung pada kesenangan terlihat pada kuda-kuda yang dengan dorongan yang kuat menarik kereta. Ada tiga pengemudi di dalam kereta yang disebut "wazir". Karena sebelumnya kamu telah diajarkan tentang misteri tiang pintu samping dan atas, kamu akan memahami bahwa ketiganya, yang ditanggung oleh kereta, adalah pemisahan tiga kali lipat dari jiwa, yang merupakan rasio, kehendak dan roh.

Demikianlah semua hal itu bergegas masuk ke dalam air bersama orang Israel yang menuntun mereka ke dalam kebinasaan. Tongkat iman kemudian menuntun mereka ke depan, dan awan memberikan cahaya, dan air memberikan kehidupan kepada semua orang yang mencari perlindungan di dalamnya. Namun, para pengejarnya akan dibinasakan.

Dengan ini, kejadian ini lebih lanjut menginstruksikan kita tentang jenis orang yang melewati air yang tidak membawa apa-apa dari pasukan musuh saat mereka muncul. Karena jika musuh muncul dari air bersama mereka, mereka akan tetap berada dalam perbudakan setelah air, karena mereka akan ditemani oleh orang lalim, yang masih hidup, yang tidak mereka tenggelamkan di laut. Jika seseorang ingin memperjelas gambaran ini, maka hal ini akan membuatnya lebih jelas: mereka yang ingin melewati air baptisan yang misterius harus menenggelamkan semua tentara kejahatan, seperti iri hati, nafsu yang tak terkendali, keserakahan, kecongkakan, kesombongan, sifat kasar, impulsif, kemarahan, permusuhan, ketamakan, dan hal-hal semacam itu. Karena nafsu-nafsu tersebut secara kodrati mengejar keadaan kodrati kita, maka kita harus membunuhnya di dalam air, baik pikiran-pikiran kedagingan dalam pikiran maupun perbuatan-perbuatan yang muncul darinya.

Dengan cara yang sama seperti roti tidak beragi yang dikonsumsi pada hari raya Paskah yang misterius, yang merupakan sebutan bagi korban yang dikorbankan yang darahnya menghentikan kematian orang yang melakukan pengorbanan, demikian juga Hukum Taurat sekarang memerintahkan kita untuk mengonsumsi roti tidak beragi pada hari raya Paskah (adonan tidak beragi yang tidak bercampur ragi tua). Hukum Taurat memerintahkan kita bahwa ini berarti tidak boleh ada kejahatan yang bercampur dengan kehidupan yang baru. Sebaliknya, kita harus membuat awal yang baru dalam hidup setelah hal-hal ini, memotong kesinambungan kejahatan, membuat perubahan besar menjadi lebih baik. Demikian juga ia menyiratkan bahwa setelah kita menenggelamkan seluruh tentara Mesir (semua bentuk kejahatan), dalam kelahiran baru baptisan kita muncul sendirian, tidak membawa apa pun yang asing ke dalam kehidupan baru kita.

Inilah yang kita lihat di seluruh kejadian ini, yang menyatakan bahwa di dalam air yang sama, musuh dan sahabat dipisahkan oleh kematian dan kehidupan. Musuh ditenggelamkan dan sahabat diberikan kehidupan baru.

Ada banyak dari mereka yang menerima baptisan misteri tidak mengetahui peraturan-peraturan dalam Hukum Taurat dan mencampurkan ragi jahat dari kehidupan lama mereka dengan kehidupan baru. Bahkan setelah mereka menyeberangi air, mereka membawa serta tentara Mesir yang tinggal bersama mereka dalam urusan mereka.

Sebagai contoh, orang yang telah menjadi kaya melalui pencurian dan penipuan, atau yang telah memperoleh harta benda melalui sumpah palsu, atau telah hidup bersama dengan seorang wanita dalam perzinahan, atau mengambil bagian dalam salah satu dari sekian banyak hal lain yang dilarang bahkan sebelum anugerah baptisan diberikan. Apakah ia mengira bahwa setelah ia membasuh dirinya menjadi bersih, ia akan tetap menikmati hal-hal jahat yang sekarang telah melekat pada dirinya, dan mengira bahwa ia telah bebas dari perbudakan dosa, seakan-akan ia tidak dapat melihat bahwa ia berada di bawah kuk yang mengikatnya dengan penguasa-penguasa yang kejam?

Karena nafsu yang tidak terkendali adalah tuan yang kejam dan ganas atas pemikiran budak, menyiksanya dengan kemewahan seolah-olah itu adalah cambuk. Iri hati adalah tuan yang berbeda yang tidak memberikan ketenangan kepada budak, dan bahkan jika orang yang diperbudak harus melakukan perintah tuannya dan mendapatkan kesenangannya, ia akan selalu terdorong untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Semua hal lain yang dilakukan oleh kejahatan adalah begitu banyak tiran dan penguasa. Jika seseorang tunduk kepada mereka, bahkan jika ia melewati air, menurut pemikiran saya, ia bahkan belum menyentuh air misteri yang mampu membunuh para tiran yang jahat.

Referensi:

Gregory of Nyssa. The Life of Moses. Translated by Abraham J. Malherbe and Everett Ferguson. New York: Paulist Press, 1978.