Hendi posted: " Santo Sozon lahir di Likonia. Dia adalah seorang gembala dan memelihara semua hukum Allah, mengajar teman-temannya dalam iman yang saleh. Dalam sebuah penglihatan ia akan menderita kemartiran bagi Kristus. Ini terjadi pada masa Kaisar Maximianus " Sarkic, Noetic, Psychic, Anagogic
Santo Sozon lahir di Likonia. Dia adalah seorang gembala dan memelihara semua hukum Allah, mengajar teman-temannya dalam iman yang saleh. Dalam sebuah penglihatan ia akan menderita kemartiran bagi Kristus. Ini terjadi pada masa Kaisar Maximianus yang melakukan penganiayaan mengerikan terhadap orang-orang Kristen di kota terdekat Pompeiopolis. Di kota itu ada sebuah patung berhala dari emas yang disembah oleh mereka. St. Sozon meninggalkan kawanannya, pergi ke kota itu dan memasuki kuil penyembah dewa berhala dan mematahkan lengan patung emas itu. Dia menghancurkannya menjadi potongan-potongan dan membagikannya kepada orang miskin. Ada kegemparan besar karena hal ini dan orang-orang penyembah berhala mencari yang siapa yang melakukannya. Supaya tidak ada orang lain yang menderita karena perbuatannya, Sozon pergi kepada hakim dan menyatakan dirinya sebagai seorang Kristen dan pelaku tindakan itu. Penyiksa memukulnya dan lalu menggantungnya di pohon dan menggores tubuhnya dengan sisir besi. Ketika ia hampir mati, mereka melemparkannya ke dalam api, di mana St. Sozon menyerahkan jiwanya kepada Allah. Dia menderita sekitar tahun 304. Relik St. Sozon banyak melakukan mujizat, dan sebuah gereja atas namanya dibangun di atasnya.
O Martyr Sozon, you pledged your life to God, / Enduring the contest and becoming a sharer in Christ's passion. / Save from temptation those who cry to you: / "Glory to him who strengthened you! / Glory to him who crowned you! / Glory to him who through you works healing for all!" (Troparion - tone 4)
As we come together on this day, / let us, with loud voices, remember the true and God-bearing martyr, and athlete of piety, Sozon, / the divine initiate of grace, / the most bountiful giver of healings, / for he intercedes with God for us all. (Kontakion - tone 2)
2 Korintus 9:12-10:7; Markus 3:20-27
Jika sebuah kerajaan terpecah dan melawan dirinya sendiri, maka kerajaan itu tidak dapat bertahan. Sementara pikiran tunggal (nous) kita terpecah dalam melawan dosa, maka kerajaan kegelapan dan dosa akan semakin menancap kuat di dalam diri kita, tetapi ketika kasih karunia (rahmat) Allah menarik roh kita dari tawanan dosa, membebaskannya dari kegelapan, maka akan terjadi perpecahan di dalam diri kita: dosa di satu sisi, kebaikan di sisi lain. Segera setelah seseorang dapat menyatukan kesadaran dan kehendak bebasnya dengan kebaikan sebagai hasil dari kebangkitan ini, maka dosa akan kehilangan semua dukungan dan mulai membusuk. Keteguhan dalam kehendak bebas yang baik dan ketekunan dalam usaha atau perbuatan baik sepenuhnya dapat menggagalkan dosa dan menghancurkannya. Kemudian mulailah kerajaan kebaikan di dalam diri kita, dan itu tetap ada sampai beberapa pikiran jahat (logismoi) menyelinap masuk, dan menyebarkan beberapa hawa nafsu ke dalamnya, sekali lagi kerajaan itu membawa perpecahan. Ketika ia memberi jalan masuk pada gejolak dosa yang telah muncul, bersatu dengannya sampai pada perbuatan, maka sekali lagi kebaikan akan mulai melemah, dan kejahatan akan tumbuh, sampai menghancurkan kebaikan itu sepenuhnya. Ini adalah sejarah kehidupan batin yang terus akan berulang atau berkesinambungan dari orang-orang yang lemah hati dan tidak memiliki nous yang kuat.
Refleksi
Kemenangan atas kemarahan adalah salah satu kemenangan terbesar seorang prajurit Kristus. Kita biasanya marah baik pada mereka yang ingin menjauh dari dosa atau pada mereka yang memfitnah kita. Namun, dengan berbuat demikian kita lupa bahwa kemarahan adalah dosa berat, dan dalam menginginkan keselamatan orang lain kita kehilangan milik kita sendiri, menurut kata-kata St. Makarius. Kemarahan terhadap musuh kita biasanya terkait akan dorongan jahat lainnya seperti keinginan membalas dendam. St. Eupsykius begitu menekan nafsu kemarahan dalam dirinya sehingga sebelum kematiannya, dia memberikan satu bagian dari hartanya yang besar kepada orang miskin dan bagian lain untuk pemfitnahnya karena mereka dia disiksa dan dibunuh. Dia menganggap pemfitnahnya sebagai dermawannya. St. Yohanes Krisostomos menulis, "Mari kita potong sayap kemarahan, maka kejahatan tidak akan naik tinggi. Kemarahan adalah penyakit jahat yang dapat menghancurkan jiwa kita…. Kemarahan adalah api mengerikan yang melahap segalanya…. Jika orang yang marah dapat melihat dirinya sendiri pada saat kemarahannya, dia tidak memerlukan nasihat lain untuk tidak menjadi marah karena tidak ada yang lebih tidak menyenangkan daripada wajah yang marah.'' Abba Amon mengaku tentang dirinya sendiri, "Saya menghabiskan empat belas tahun di Sketis, berdoa kepada Allah siang dan malam, agar memberi saya kemenangan atas kemarahan.''
Yohanes 4:34
"Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yoh 4:34). Lihatlah, inilah kasih! Lihatlah, inilah perintah! Lihat, inilah kerendahan hati! Perhatikan, contoh berikut ini! Seperti sepotong roti yang bergizi, terdapat semua yang dibutuhkan bagi tubuh kita, demikian juga dalam setiap firman Tuhan ada semua yang dibutuhkan bagi jiwa kita. Kesatuan ilahi dari Allah Bapa dan Anak dinyatakan dalam kasih Bapa kepada Anak, dan Anak kepada Bapa. Dia yang mencintai adalah taat. Jika kita ingin tahu seberapa besar kasih kita kepada Allah, ukur ketaatan kita pada kehendak Allah dan kita akan segera mengetahuinya. Kurangnya ketaatan adalah tanda pasti dari kurangnya kasih. Dia yang mengasihi, memenuhi kehendak yang dikasihinya. Anak Allah sangat mengasihi Bapa-Nya sehingga Dia menganggap memenuhi kehendak Bapa sebagai makanan yang paling enak. Apakah kehendak Bapa? Keselamatan umat manusia. Tuhan kita, Anak Allah, merasakan rasa lapar yang tak terpuaskan untuk memenuhi kehendak Bapa. Ketika Dia menyelamatkan seseorang, Dia merasa seolah-olah diberi makan dengan makanan yang paling lezat. Apakah kita melihat betapa mulianya kerohanian Kristus? Murid-murid-Nya membawakan makanan untuk-Nya dari kota dan mendesak-Nya, "Guru, makanlah!" Saat itu Dia terlalu sibuk dengan pekerjaan utama-Nya yaitu menyelamatkan jiwa manusia. Ada wanita Samaria, siap menerima ajaran keselamatan; ada seluruh kota Sikhar, sudah tertarik pada Kerajaan Allah; dan ada ladang besar yang siap untuk menuai keselamatan. Bagi Kristus ini adalah makanan yang lebih lezat dari semua makanan jasmani atau duniawi. Tubuh adalah kendaraan yang ditunggangi jiwa manusia. Ketika raja menjalankan tugas kerajaannya—membebaskan ahli warisnya dari perbudakan—kendaraan itu harus dikesampingkan dan tidak boleh ikut campur dalam pekerjaan raja. Raja begitu fokus menyelamatkan ahli waris yang dicintainya, sehingga misi ini adalah makanan, minuman, hadiah, kepuasan dan martabatnya. Jika kita dapat mengetahui betapa Kristus Tuhan sangat lapar, bahkan hari ini, untuk keselamatan kita; jika kita melakukannya, maka kita akan memberi Dia makanan yang paling Dia sukai! Siapakah tamu yang lebih besar, kerabat yang lebih dekat, atau teman yang lebih tulus dari Dia? Ketika kita menjamu tamu yang jauh lebih sedikit, kerabat yang lebih jauh, dan teman yang kurang tulus, kita memberi mereka makanan yang kita tahu yang mereka sukai. Lalu, mengapa kita tidak menjamu Tuhan kita dengan satu-satunya makanan yang dikendaki-Nya? Marilah kita merangkul keselamatan yang Dia tawarkan kepada kita, bagi Dia, adalah makanan yang paling menyenangkan. Dia memalingkan kepala-Nya dari semua makanan lain. Ya Tuhan Yesus, kekasih keselamatan kami yang tak terpuaskan, kasihani dan selamatkanlah kami. Amin!
No comments:
Post a Comment