Overview Yohanes 6:41-51
Karena tidak memiliki rasa lapar dari dalam diri (Agustinus), orang-orang Yahudi menggerutu terhadap Yesus karena mereka tidak dapat mendengar kata-kata-Nya dalam arti rohani yang dimaksudkan. Mereka menyebutnya sebagai anak Yusuf dalam ketidaktahuan yang jelas tentang kelahirannya yang ajaib (Krisostomos). Namun, Yesus mengerti bahwa keluhan mereka adalah karena kurangnya rasa lapar sebab mereka tidak ditarik kepada Kristus oleh Bapa yang merupakan suatu misteri (Agustinus). Bapa menarik individu kepada Anak yang kemudian memberikan kerajaan kepada Bapa, menunjukkan kasih dan saling menghormati tetapi tidak subordinasi (Ambrosius). Kristus menuntun kepada Bapa, dan Bapa menuntun kepada Kristus (Hilary). Kita datang kepada Kristus dengan karunia iman dari Bapa dan oleh karena itu kita seharusnya rendah hati, sebab itu bukan pekerjaan kita tetapi pekerjaan Bapa. Kristus tidak berbicara tentang seseorang yang dipaksa untuk ditarik, tetapi tentang seseorang yang kepadanya Kristus dinyatakan, yang rindu untuk mengenal Dia seperti orang yang rindu untuk mengetahui kebenaran (Agustinus).
Lebih baik diajar oleh Tuhan daripada bertambahnya jumlah pemuka agama yang tidak layak (Gregorius dari Nazianzus). Allah sebagai guru mengajar kita melalui Anak-Nya karena iman pada akhirnya hanya dapat dipelajari dari Allah (Krisostomos). Para nabi menulis bahwa mereka semua akan diajar oleh Allah—bukan bahwa mereka semua datang dari Allah, tetapi tidak ada yang datang dengan cara lain. Kita mendengar apa yang Bapa ajarkan melalui suara Anak-Nya (Agustinus) karena hanya mereka yang berada dalam keilahian yang dapat sepenuhnya melihat Bapa dan Anak melalui Roh kemudian membuat Dia dikenal kepada kita sejauh yang dapat kita terima (Kirill dari Yerusalem). Orang yang menerima dan percaya kepada Kristus memiliki hidup karena Kristus adalah hidup yang membunuh maut (Agustinus).
Yesus menyatakan dengan tegas untuk kedua kalinya "Akulah roti hidup," mungkin karena dosa juga memiliki rotinya sendiri yang istimewa—kematian, yang ditentangnya. Mereka yang makan roti ini mati dalam dosa mereka. Itulah sebabnya Kristus memanggil kita untuk lapar dan haus akan roti yang jauh lebih memuaskan yang Dia sediakan (Athanasius). Sebagai roti hidup, Dia meremas tubuhnya, mencampurkan dirinya dengan kita untuk membentuk satu roti (Krisostomos) dan melalui penyatuan ini menghancurkan kerusakan dan kematian yang mengintai di sana (Kirill dari Aleksandria). Roti hidup dari sakramen jauh lebih besar daripada manna karena itu memberikan tubuh Kristus yang adalah substansi hidup yang kekal (Ambrosius, Efraim). Barangsiapa makan roti ini dengan layak, ia memiliki hidup (Agustinus) karena itu adalah pengampunan dosa (Ambrosius).
Bapa mempersembahkan diri-Nya kepada kita sebagai susu terlebih dahulu karena kita seperti bayi (Irenaeus). Sekarang Dia memberi kita makanan rohani yang sama sekali baru untuk pertumbuhan rohani kita (Klemen) dalam wujud manna yang masih turun dari surga hari ini yaitu tubuh Kristus yang diberikan di dalam Sakramen Ekaristi (Ambrosius). Jadi, sebagai pengemis di hadapan Allah, kita meminta apa yang ingin diterima oleh semua pengemis yaitu roti (Agustinus). Saat kita menerima roti ini, kita sebagai biji-bijian yang berserakan dibawa bersama dalam satu roti surgawi Kristus (Cyprian) yang Dia sebut daging-Nya. Dia memberikan daging-Nya sebagai tebusan untuk semua daging; dengan menjadi daging, Firman pemberi kehidupan membuat daging-Nya memberi kehidupan bagi manusia, dengan demikian memberikan kehidupan kepada semua yang mengambil bagian di dalamnya (Kirill dari Aleksandria).
Signifikansi Sakramen Ekaristi dari perikop ini tidak dapat disangkal. Pernyataan Tuhan bahwa Dia sendiri adalah roti hidup yang memberi kehidupan mengungkapkan Perjamuan Kudus. Rasul Yohanes tidak pernah melaporkan perincian Perjamuan Terakhir (seperti "kata-kata penetapan" yang dicatat dalam Luk 22:19,20), sebaliknya ia mengungkapkan makna dan kebenaran dari peristiwa-peristiwa ini (peristiwa yang telah diketahui oleh para pendengarnya) dengan melaporkan di sini kata-kata Kristus sendiri (lihat juga Mat 26:26–28 dan Luk 22:19,20).
Referensi:
Athanasius Academy of Orthodox Theology, Elk Grove, California. The Orthodox Study Bible. Nashville: Thomas Nelson, 2008.
Oden, Thomas C. Ancient Christian Commentary on Scripture. New Testament IVa. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1998.
No comments:
Post a Comment