Hendi posted: " Ikon Pernikahan di Kana Overview Yohanes 2:1-4 Pernikahan di Kana adalah tempat pertama dari tujuh tanda mukjizat (ayat 11) yang dilakukan oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Yohanes menggunakan istilah tanda untuk menunjukkan bahwa karya-karya mukjiza" Sarkic, Noetic, Psychic, Anagogic
Pernikahan di Kana adalah tempat pertama dari tujuh tanda mukjizat (ayat 11) yang dilakukan oleh Yesus dalam Injil Yohanes. Yohanes menggunakan istilah tanda untuk menunjukkan bahwa karya-karya mukjizat ini menunjukkan kebenaran bahwa Kerajaan Allah telah datang di antara kita dalam Pribadi Yesus Kristus. Ketujuh tanda itu adalah (1) mengubah air menjadi anggur (2:1–11); (2) menyembuhkan putra bangsawan (4: 46–54); (3) menyembuhkan orang lumpuh (5:1–15); (4) memberi makan lima ribu orang (6: 1–14); (5) berjalan di atas air (6:15–21); (6) membuka mata orang buta (9: 1-41); dan (7) membangkitkan Lazarus dari kematian (11:38–44).
Kristus, sebagai seorang hamba, menghadiri pernikahan hamba-hamba-Nya (Krisostomos) yang diadakan di Galilea, bukan di Yerusalem atau di tempat lain di Yudea (Kirill dari Aleksandri). Dia dengan demikian menggenapi nubuat Yesaya (Eusebius). Pengaturan mukjizat di sini penting. Dalam PL, pesta pernikahan melambangkan penyatuan Allah dengan Mempelai Perempuannya-Nya, Israel. Yesus memulai pelayanan-Nya di Galilea, yang memiliki populasi non-Yahudi yang besar; ini adalah tanda penyebaran Injil ke seluruh dunia.
Menurut kronologi dalam Yohanes, pernikahan diadakan hari ketiga setelah pembaptisannya (Teodore dari Mopsuestia). Pada hari ketiga, yaitu di akhir zaman, Firman turun ke bumi untuk menyempurnakan perkawinan-Nya dengan kodrat manusiawi kita, yang disembuhkan-Nya (Teodore dari Heraclea). Hari ketiga juga menandakan Allah Tritunggal, sedangkan mukjizat yang dilakukan Kristus di pesta pernikahan adalah mencicipi mahar darahnya, yang akan diberikan Yesus untuk mempelai perempuannya (Kaesarius). Yesus menerima undangan pernikahan ini sebagai kesempatan untuk mengkonfirmasi institusi pernikahan-Nya (Origen) yang menandakan pernikahan-Nya sendiri dengan Gereja (Agustinus). Kehadirannya menyucikan institusi pernikahan (Maximus dari Turin) dan membatalkan kutukan di dalam kitab Kejadian (Kirill dari Aleksandria). Dan juga pernikahan ini terjadi pada hari ketiga, memberikan suatu nubuat kebangkitan, menunjukkan bahwa pernikahan Allah dan Gereja-Nya akan digenapi dalam Kebangkitan Kristus. Persamaan lain antara pernikahan di sini dan kisah kebangkitan dalam Yohanes 20:1–18 adalah bahwa keduanya melibatkan seorang perempuan bernama Maria yang mengajukan permintaan kepada Anaknya dan dalam kedua perikop itu para murid diundang untuk menyaksikan peristiwa itu. Selanjutnya, kisah kebangkitan (Yoh 20:11-18) memiliki kemiripan yang mencolok dengan Kidung Agung 3:1–5, sekali lagi menunjukkan penyatuan antara pernikahan dan kebangkitan Tuhan kita. Dengan kehadiran-Nya di pernikahan ini, Yesus selanjutnya menyatakan pernikahan sebagai kudus dan terhormat (Ibr 13:4); oleh karena itu, bagian ini dibacakan di pernikahan Gereja, dan gambar-gambar ini dimasukkan ke dalam banyak doa dalam sakramen pernikahan.
Ketika anggur habis, Maria berpaling kepada Yesus mengharapkan keajaiban — tapi dari mana dia mendapatkan ide seperti itu karena ini adalah keajaiban pertama yang Yohanes ceritakan kepada kita (Romanus)? Berlawanan dengan penggunaan modern sekarang, kata "wanita" (ayat 4) adalah gelar suci dalam Kitab Suci, sebuah percakapan yang menyampaikan rasa hormat dan perbedaan yang dalam (4:21; 8:10; 19:26; 20:13; bandingkan dengan Kej 2:23). Mau apakah engkau dari pada-Ku? lebih harfiah lagi, "Apa itu bagi-Ku dan bagimu?" Jawaban ini bukanlah penolakan syafaat atau permohonan Maria, tetapi pernyataan bahwa waktunya belum tiba bagi Kristus untuk dinyatakan. Bahwa Kristus memenuhi permintaan Bunda Maria mengajarkan beberapa hal: (1) Kristus adalah Tuhan atas jam dan musim dan tidak tunduk kepada mereka. (2) Pihak pernikahan perlu menyadari kekurangan anggur mereka terlebih dahulu sehingga mereka dapat belajar bahwa Kristuslah yang memenuhi semua kebutuhan. (3) Kita perlu memiliki ketekunan dalam permohonan kita di hadapan Tuhan (Mat 15:21-28). (4) Syafaat orang benar memiliki kuasa yang besar (Yakobus 5:16). Mungkin Maria juga mengharapkan pengakuan akan putranya (Teodore dari Mopsuestia). Tetapi Yesus tidak langsung mengabulkan permintaan Maria, meskipun Dia mengasihi dan menghormatinya (Krisostomos). Namun, kita juga melihat sekilas kodrat ilahi dalam pertanyaan Yesus ini (Ammonius, Agustinus). Dia bertanya begitu karena fokusnya pada anggur fisik ketika Dia memikirkan anggur penebusan kita (Maximus dari Turin) saat Dia menunggu waktu yang hanya diketahui oleh Bapa-Nya (Irenaeus). Mukjizat itu tidak dilakukan karena kebutuhan melainkan untuk mewujudkan kemuliaan-Nya, yang hanya akan terwujud sepenuhnya ketika saatnya telah tiba di kayu salib (Agustinus). Sebagai pencipta waktu, Kristus tahu kapan yang paling tepat baginya untuk menyelesaikan pekerjaannya, tetapi Ia juga menghormati ibunya dan dengan demikian melakukan mukjizat pada waktu yang tepat (Romanus).
Berikut adalah contoh karunia syafaat Maria. Bahkan sekarang, Maria terus berbicara kepada Anaknya atas nama kita dan merupakan pendoa syafaat utama kita di hadapan Takhta-Nya. Ini dinyatakan dalam kata-kata doa, "Syafaat seorang ibu memiliki pengaruh yang besar untuk memenangkan hati Guru." Ini ditegaskan saat Yesus mengabulkan permintaannya di sini.
Dalam perikop ini, anggur adalah simbol kehidupan, dan dengan demikian ada dua tingkat makna dari pernyataan Maria, "Mereka tidak memiliki anggur": (1) pernikahan tidak lengkap tanpa kehadiran Kristus; dan (2) Perjanjian Lama tidak dapat memberikan kehidupan bahkan pada orang-orang yang paling setia.
Referensi:
Athanasius Academy of Orthodox Theology, Elk Grove, California. The Orthodox Study Bible. Nashville: Thomas Nelson, 2008.
Oden, Thomas C. Ancient Christian Commentary on Scripture. New Testament IVa. Downers Grove, Ill: InterVarsity Press, 1998.
No comments:
Post a Comment