Hendi posted: " Santo George lahir di Iberia, Georgia pada tahun 1014 dan merupakan kerabat raja-raja Georgia. George menerima pendidikan klasik yang baik di masa kecilnya tetapi hatinya tertarik pada kehidupan rohani. Dia menjalani kehidupan pertapaan dengan bapa r" Sarkic, Noetic, Psychic, Anagogic
Santo George lahir di Iberia, Georgia pada tahun 1014 dan merupakan kerabat raja-raja Georgia. George menerima pendidikan klasik yang baik di masa kecilnya tetapi hatinya tertarik pada kehidupan rohani. Dia menjalani kehidupan pertapaan dengan bapa rohani terkenal George di Black Mountain. Dia melarikan diri ke Gunung Athos dan melanjutkan pertapaannya di monasteri Iveron. George menjadi kepala monasteri Iveron. Dengan bantuan Kaisar Constantine Monomachos ia merestorasi monasteri Iveron dan mengganti atap gereja monasteri dengan timah. Atap timah itu tetap ada sampai sekarang. Dia menerjemahkan Kitab Suci, Prolog, dan buku-buku ibadah ke dalam bahasa Georgia. Raja Bagrat mengundangnya ke Georgia untuk mengajar orang-orang. St. George disambut meriah di tanah kelahirannya. Dia bepergian ke seluruh Georgia dan mengajar baik para presbiter maupun umat. Di usia tuanya, dia ingin meninggal di Gunung Athos dan dia berangkat ke sana tetapi kematian menyusulnya di Konstantinopel pada tahun 1067. Relik-reliknya dipindahkan ke monasteri Iveron. Meskipun ia meninggal pada 24 Mei, para rahib Iveron memperingatinya pada 30 Juni dan menganggapnya sebagai "Setara dengan para Rasul."
Roma 8:22-27; Matius 10:23-31
Tidak ada yang tersembunyi, yang tidak akan terungkap. Akibatnya, terlepas dari bagaimana kita bersembunyi dalam dosa-dosa kita sekarang, itu tidak ada gunanya bagi kita sama sekali. Waktunya akan tiba—dan masih jauh?—ketika semuanya akan terungkap. Apa yang harus kita lakukan? Jangan bersembunyi. Jika kita telah berdosa—pergi dan nyatakan dosa kita kepada bapa rohani kita. Ketika kita menerima absolusi atau pengampunan, maka dosa itu lenyap, seolah-olah tidak pernah ada. Tidak ada yang harus diungkapkan dan ditunjukkan. Jika kita menyembunyikan dosa dan tidak bertobat, kita menyimpannya di dalam diri kita sendiri sehingga akan ada sesuatu yang terungkap pada waktu yang tepat atas dosa kita. Tuhan mengungkapkan semua ini kepada kita sebelumnya sehingga sementara kita masih di dunia ini kita akan berhasil melucuti penghakiman-Nya yang adil dan mengerikan atas kita orang-orang berdosa.
Refleksi
Kepedulian untuk kebaikan semua orang! Kepedulian itu memenuhi semangat agung dan hati mulia para rasul. Menulis tentang Rasul Paulus, St. Yohanes Krisostomos menyebutnya, "Bapa semesta dunia." "Seolah-olah dia", kata Krisostomos, "melahirkan seluruh dunia yang dia kerjakan dengan giat dan mencoba untuk membawa semua ke dalam Kerajaan." Memang, yang paling mulia adalah gelar ini, "Bapa semesta dunia" dan jika gelar ini dapat dikaitkan dengan siapa pun, selain Allah, itu hanya dapat dikaitkan dengan para Rasul Kristus. Dengan kepedulian mereka seperti orang tua terhadap seluruh dunia, mereka sebenarnya adalah "bapa semesta dunia". Ada banyak ibu di dunia yang kurang peduli dengan anak-anak mereka sendiri, tetapi para rasul memperhatikan kebaikan para penganiaya dan musuh mereka. Rasul Petrus dua kali menyelamatkan musuh bebuyutannya, Simon si Penyihir, dari kematian: pertama, ketika orang-orang ingin membakarnya dan kedua, ketika seekor anjing ingin mencabik-cabiknya. Coba pikirkan, bagaimana dunia membalas para dermawan ini! Dunia membalasnya seolah-olah mereka adalah perampok dan penjahat terbesar. Sungguh benar kata-kata St. Kirill yang mengatakan, "Selama kita berada di dalam tubuh, hal yang sama terjadi pada setiap orang baik pengikut Kristus maupun penyembah berhala, perbedaannya hanya dalam roh."
1 Petrus 2:15
"Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh" (1 Pet 2:15). Kita mungkin sulit berdebat dengan seorang ateis; sulit berbicara dengan orang yang melantur; sulit meyakinkan orang yang sakit hati. Sulit meyakinkan orang ateis, orang yang melantur, dan orang yang sakit hati dengan kata-kata. Kita akan lebih mudah meyakinkan mereka dengan perbuatan. "Mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah" (1 Pet 2:12). Berbuat baiklah kepada mereka yang ingin berdebat dengan kita maka kita akan memenangkan perdebatan. Satu perbuatan belas kasih akan membuat orang yang tidak masuk akal itu sadar dan akan menenangkan orang yang sakit hati lebih cepat daripada percakapan berjam-jam. Jika ateisme dan kepahitan berasal dari ketidaktahuan, maka ketidaktahuan itu seperti kemarahan yang dapat dengan cepat dikendalikan oleh perbuatan baik. Jika kita berdebat dengan seorang ateis dengan caranya sendiri yang fanatik, kita memperkuat kemarahan ateisme. Jika kita berbicara dengan mereka yang melantur dengan ejekan, kegelapan mereka akan meningkat. Jika kita berpikir kita akan mengalahkan orang yang sakit hati dengan kemarahan, kita akan mengobarkan api kepahitan yang lebih besar. Perbuatan yang lemah lembut dan baik seperti air di atas api. Ingatlah selalu para rasul suci dan metode perilaku mereka yang berhasil memenangkan jiwa manusia. Jika seorang ateis memprovokasi kita, orang itu tidak memprovokasi kita tetapi iblis yang sedang memprovokasi kita sebab manusia pada dasarnya adalah religius. Jika orang yang tidak berakal atau melantur memarahi kita, orang itu tidak memarahi kita tetapi iblis menegur kita sebab manusia pada dasarnya adalah berakal. Jika orang yang sakit hati menganiaya kita, maka bukan orang yang menganiaya kita, tetapi iblis yang menganiaya kita karena pada dasarnya manusia itu baik. Iblis memprovokasi kita untuk berdebat panjang dan percakapan yang tidak bermanfaat dan menjauh dari perbuatan baik. Lakukan pekerjaan baik dalam nama Kristus dan iblis akan melarikan diri dan hanya dengan begitu kita akan berurusan dengan manusia, dengan manusia sebenarnya; orang yang religius, berakal, dan baik. Karena itu apapun yang kamu lakukan, lakukanlah dalam nama Tuhan. Ya Tuhan Yang Mahabaik, tolonglah kami untuk berbuat baik dan dengan kebaikan untuk memenangkan mereka dalam nama-Mu. Amin!
Referensi:
"The Prologue of Ohrid" by St. Nikolai of Zica, Serbia (Velimirovic)
Thoughts for Each Day of the Year According to the Daily Church Readings from the Word of God By St. Theophan the Recluse
No comments:
Post a Comment