Paisios yang terberkati dan sangat terkenal, orang Athonite, yang baru-baru ini tertidur di dalam Tuhan (12 Desember 1994) menulis teks ini sekitar tahun 1975, sebagai balasan surat kepada seseorang, yang menanyakannya tentang hal itu. Dia memberikannya kepada seorang pengunjung untuk diposkan dalam amplop terbuka dan memberinya izin untuk membacanya dan menyimpan salinannya. Berikut isi salinannya.
Cara sederhana untuk doa tanpa henti, jika Anda mau, Anda dapat menggunakannya juga, yang mungkin menolong orang-orang sederhana yang tidak dapat memahami arti sebenarnya doa hati yang diajarkan oleh para bapa dan untuk menghadapi risiko delusi. Beberapa orang (sayangnya) tidak menetapkan tujuan untuk menanggalkan manusia lamanya (pertobatan, kerendahan hati, dan askesis atau pertapaan sebagai cara untuk menolong penyucian jiwa) dengan rasa berdosa yang mendalam. Kemudian, mereka secara alami akan merasakan kebutuhan belas kasihan Allah, dengan sering mengucapkan, "Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, kasihanilah aku." Doa ini disertai rasa dukacita di hati mereka dan kemudian merasakan manisnya penghiburan ilahi dari Kristus yang paling manis di dalam hati mereka. Tapi sayangnya beberapa orang (seperti yang saya sebutkan) memulai dengan praktik bertapa yang kering dan mencari kesenangan dan cahaya ilahi dan terus-menerus melipatgandakan tali doa mereka dan seolah disucikan oleh perhitungan mereka, mencapai kesimpulan itu (tentang kesucian mereka) dari perhitungan matematis lewat semakin banyak jumlah tali doa (komboskini) yang mereka ucapkan. Mereka juga (secara alami) membuat tumpuan kaki ke inci yang tepat dan semua hal lainnya, menekuk kepala ke arah hati mereka. Mereka mengatur napas mereka dan mengikuti apa pun yang dikatakan oleh St. Kallistos dan Gregorius dari Philokalia. Kemudian mereka menciptakan sensasi palsu bahwa mereka berada di suatu tempat di dekat para orang kudus tersebut. Pada saat mereka mempercayai pemikiran itu, si iblis (penipu) segera muncul dan membuat visi untuk mereka (dengan fantasi mereka) dan ramalan iblis dan sebagainya di mana delusi segera mengikuti. Sebab itu, satu-satunya kepastian adalah pertobatan dan biarkan setiap bangunan spiritual dibangun di atasnya dan marilah kita terus mencari pertobatan dari Tuhan dan tidak ada yang lain kecuali itu.
Kita seharusnya tidak meminta terang atau mukjizat, atau nubuat, atau karunia Roh, tapi hanya memohon pertobatan. Pertobatan membawa kerendahan hati; kerendahan hati akan mendatangkan rahmat dari Allah, karena rahmat selalu menghampiri orang yang rendah hati oleh karena kebutuhan. Sebab itu, pertobatan diperlukan untuk keselamatan kita dan ketika kita memilikinya, rahmat Allah akan datang dan itu akan mengajari kita apa yang perlu kita perbuat untuk keselamatan bahkan sesama kita juga, jika perlu.
Dengan cara ini, yang saya sebutkan (merasa sangat membutuhkan belas kasihan Tuhan), kita akan mengucapkan Doa Puja Yesus berkali-kali dengan segenap hati kita dan kita akan merasakan, seperti yang saya sebutkan, manisnya penghiburan ilahi dari Yesus yang paling manis di dalam diri kita, hati. Hati akan (kemudian) memiliki nous kita dalam pelukan erat, serta seluruh keberadaan kita. Kemudian, dan baru setelah itu, doa itu tidak akan melelahkan, melainkan akan memberikan istirahat dan sukacita, karena kita telah memahami arti sebenarnya doa. Baru kemudian kita berdoa tanpa menekan diri kita sendiri, tetapi kita ditekan oleh rasa kehormatan dan martabat kita (philotimo), yang menimbulkan semua kedermawanan rohani kita yang terhormat (leventia; lihat catatan akhir). Ini menghasilkan hati yang berdebar-debar. Kemudian hati (betapapun kerasnya) pecah dan air mata keluar dari salurannya (tanpa usaha untuk menangis selama waktu doa). Anda merasakan kebutuhan akan doa ini seperti bayi lapar yang membuka mulut kecilnya dan berlari ke pelukan ibunya untuk disusui dan pada saat yang sama merasa sangat aman dalam asuhan kasih sayang ibunya.
Tidak ada yang meragukan bahwa musuh akan mencoba berperang melawan kita dan membubarkan pikiran kita. Namun, ketika didahului oleh sedikit studi Patristik (misalnya The Sayings of the Fathers) sebuah penutup diletakkan pada semua perhatian kita, besar dan kecil, dan pada hari-hari godaan. Jadi, itu diubah menjadi suasana lain, suasana spiritual dan Anda berdoa dengan konsentrasi. Jika musuh berperang dengan pikiran yang menghujat (dari kejahatan dan kecemburuannya yang biasa) jangan marah. Sebagai gantinya, gunakan iblis sebagai pekerja atau bantuan Anda dengan cara berikut, dengan tidak marah, tetapi dengan mengatakan kepada musuh ini, "Ini adalah hal yang baik bahwa Anda membawa saya pikiran-pikiran itu sehingga saya dapat mengucapkan Doa Puja Yesus karena jika tidak, saya akan lupa berdoa tanpa henti." Sehingga musuh akan segera pergi karena dia hanya terbiasa melakukan kejahatan kepada kita. Saya menyebutkan itu karena musuh membawa pikiran yang menghujat kepada orang yang peka (biasanya) untuk membuat mereka lebih peka lagi, untuk membuat mereka marah dan untuk membuang mereka.
Hal yang sama berlaku untuk beberapa orang yang berjuang dalam kewaspadaan (nepsis) melebihi kekuatan mereka, dan dengan kepercayaan diri. Ketika mereka mengendur, maka mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghalau pikiran musuh. Mereka berpikir bahwa pikiran-pikiran yang menghujat itu adalah milik mereka sendiri, sehingga mereka menderita tanpa alasan, sedangkan pikiran-pikiran itu bukan milik mereka sendiri, melainkan milik musuh. Itulah sebabnya orang-orang muda harus berjuang dalam hal doa dengan kerendahan hati dan hikmat Allah. Mereka harus bersiap untuk malam itu. Dengan tidak terganggu, dengan belajar dan melalui makanan yang sederhana, itu bisa membantu. Sebisa mungkin jangan makan yang gurih-gurih, hindari minum air putih yang banyak karena itu juga menjadi kendala, dengan perut kembung yang ditimbulkannya. Dengan cara ini, orang tersebut dibantu dengan doa.
Akan sangat membantu jika makan malam yang sedikit, betapapun sedikitnya, berlangsung sekitar pukul 4 sore, setelah belajar dari para bapa dan sebagainya, atau 3 jam setelah makan siang. Sujud kecil dan besar sebelumnya, dan di antara setiap tali doa (komboskini), sangat membantu, mencairkan oli mesin (otot-otot tubuh) kita. Kemudian, setelah cukup lelah, maka ia harus duduk dan mengucapkan Doa Puja Yesus, karena dia mengingat dosa-dosanya dan kemurahan hati Allah yang besar yang telah diberikan kepadanya. Kemudian nous dikumpulkan (seperti yang saya sebutkan, di dalam hati, dengan sendirinya) dan mencari rahmat Allah dengan segenap hatinya, dengan segenap jiwanya, dan segenap pikirannya, tanpa berusaha keras. Tiga jam setelah matahari terbenam akan sangat menolong (setelah membaca buku-buku Patristik sebelum matahari terbenam), serta setelah tengah malam hingga matahari terbit. Bagi kaum muda, baik bagi mereka untuk tidur 1 jam saja setelah matahari terbenam, dengan sedikit doa, dan bangun setelah tengah malam, untuk menghindari tidur pagi yang memalukan. Secara alami, hikmat dan bimbingan dari bapa spiritual sangat diperlukan."
Catatan akhir
St. Paisios benar sekali ketika dia pernah berkata bahwa, "Orang Yunani mungkin memiliki setumpuk kesalahan, tetapi mereka juga memiliki karunia dari Tuhan, philotimo dan leventia; mereka merayakan segalanya. Orang lain bahkan tidak memiliki kata-kata ini dalam kamus mereka." Kedua ungkapan ini hampir tidak dapat diterjemahkan dalam bahasa Inggris. Philotimo, menurut St. Paisios, berarti "Penyulingan kebaikan yang penuh hormat; cinta yang bersinar dari orang yang rendah hati yang tidak memetingkan dirinya sendiri, tetapi dengan hati yang penuh rasa syukur kepada Tuhan dan sesamanya; oleh kepekaan spiritualnya ia mencoba untuk membalas bahkan kebaikan sekecil apa pun yang dilakukan orang lain kepadanya." Leventia berarti keberanian, kejujuran, kemurahan hati, keterusterangan, kelembutan, dan secara umum kesediaan untuk memberikan nyawanya untuk orang lain.
Referensi:
St. Porphyrios, A Spiritual Child Remembers, oleh Constantine Yiannitsiotis, 70-74. Diterbitkan oleh Biara Transfigurasi Juru Selamat (Athens, 2001).
No comments:
Post a Comment