Martir Kudus Evdokia tinggal di kota Heliopolis, Fenisia pada masa pemerintahan Kaisar Trajan (98-117). Evdokia pada awalnya adalah seorang perempuan asusila yang kaya raya. Kemudian dia menyesali dosa-dosanya kemudian menjadi seorang pertapa dan akhirnya menjadi martir. Melalui pesta pora dia mengumpulkan kekayaan besar. Perubahan dalam hidupnya terjadi secara tidak sengaja oleh pemeliharaan Allah dan melalui seorang tetua yang bernama rahib Herman. Rahib itu datang ke kota untuk suatu tugas tertentu dan tinggal di rumah seorang Kristen di mana rumahnya berdekatan dengan Evdokia.
Pada malam hari dan menurut tradisi monastik atau biara, dia mulai membaca Mazmur dan membaca 1 pasal tentang penghakiman yang mengerikan. Evdokia mendengarnya dan dengan penuh perhatian menguping kata-katanya sampai akhir. Ketakutan dan teror menguasainya dan dia tetap terjaga sampai fajar. Saat fajar menyingsing, dia mengutus pelayannya untuk memohon kepada rahib itu agar mau datang kepadanya. Rahib Herman datang dan percakapan panjang terjadi di antara mereka tentang iman dan keselamatan secara umum. Sebagai hasil dari percakapan tersebut, Evdokia mengajukan permohonan kepada Uskup setempat untuk membaptisnya.
Setelah dibaptis, Evdokia mempersembahkan seluruh harta miliknya kepada Gereja untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Dia memberhentikan para pelayan dan budaknya dan mengundurkan diri ke sebuah monasteri. St. Evdokia memutuskan untuk mengabdikan dirinya pada kehidupan monastik, ketaatan, kesabaran, berjaga panjang, berdoa dan berpuasa. Setelah 13 bulan, Evdokia terpilih sebagai kepala monasteri.
St. Evdokia tinggal di monasteri selama 56 tahun dan dianggap layak di hadapan Allah. Allah mengaruniakannya banyak karunia sehingga dia bisa membangkitkan orang mati. Ketika penganiayaan terhadap orang Kristen dimulai di bawah Pangeran Vincent, St. Evdokia dipenggal. Martir Evdokia adalah contoh atau teladan yang mulia tentang bagaimana bejana ketidakmurnian dapat dimurnikan, disucikan, dan diisi oleh rahmat Roh Kudus, wewangian surgawi yang berharga.
With an upright mind you bound your soul to the love of Christ. / As a disciple of the Word you turned from corruption and all that passes away, / for you were not moved by earthly beauty. / First you mortified the passions through fasting, then you put the enemy to shame by your suffering. / Therefore, Christ has granted you a two-fold crown. / Glorious Eudokia, venerable passion-bearer, entreat Christ God that our souls may be saved! (Troparion - tone 8)
You contended well in your suffering, all-praised one; / even after your death you bless us, pouring out wonders on us. / In faith we run to your divine temple, / and as we celebrate your feast, we entreat you, venerable martyr Eudokia, / that we be delivered from spiritual afflictions and may receive the grace of miracles. (Kontakion - tone 4)
Referensi
Kesetiaan dan ketaatan pada kehendak Allah diperlukan untuk menghiasi kehidupan setiap orang Kristen. Seperti terlihat dalam kehidupan St. Agapius, Allah memuliakan orang beriman yang taat. Ketika dia masih muda, orang suci ini ditangkap oleh bajak laut, dibawa ke Asia dan dijual kepada orang Arab. Selama 12 tahun Agapius diam dan taat menjadi budak orang Arab ini. Selama 12 tahun dia berdoa kepada Theotokos tersuci untuk membantunya mendapatkan kebebasan dari perbudakan. Suatu malam, Perawan Bunda Allah (Theotokos) menampakkan diri kepadanya dan berkata, "Bangunlah dan pergilah tanpa rasa takut ke Gunung Athos kepada seorang tetua." Agapius bangkit dan menemui tetua di Gunung Athos. Ketika tetua itu melihat Agapius, dia sedih, berpikir bahwa Agapius telah melarikan diri dari tuannya. Dia berkata kepadanya, "Anakku Agapius, kamu telah menipu tuanmu, tetapi kamu tidak pernah bisa menipu Allah. Pada hari penghakiman yang mengerikan, engkau harus memberikan jawaban atas uang yang dibeli majikanmu untuk melayaninya. Oleh karena itu, engkau harus kembali dan setia melayani tuanmu." Agapius yang setia dan taat pada kehendak Allah segera kembali ke Asia, melapor kepada tuannya, dan memberitahunya tentang segala sesuatu yang telah terjadi. Orang Arab, yang mempelajari semua ini, kagum dan diliputi oleh kasih amal orang Kristen. Dia ingin bertemu dengan tetua yang diceritakan oleh Agapius. Orang Arab itu tiba di Gunung Athos, ditemani oleh kedua putranya. Di sini, dia dan kedua putranya dibaptis. Ketiganya ditahbis sebagai monakhos atau rahib. Mereka tetap di sana sampai kematian mereka, mempraktikkan kehidupan pertapaan yang ketat, pada awalnya di bawah bimbingan bapa rohaninya Agapius dan kemudian oleh Agapius sendiri. Dengan demikian, tuan yang dulu kejam menjadi murid yang taat dari mantan budak mereka, setia pada kehendak Allah yang Agapius taati.
Yohanes 13:17
"Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya." (Yoh 13:17). Aspek paling penting dari teks kitab suci Tuhan kita adalah bahwa Tuhan tidak mengurangi pengetahuan, tetapi menekankan untuk melakukannya. Dia tidak berkata kepada para Rasul, "Berbahagialah kamu jika kamu mengetahui hal ini." Beberapa guru penyembah dewa berhala memandang keselamatan hanya dari segi pengetahuan saja. Bagaimanapun, Tuhan kita berkata, "Berbahagialah kamu jika kamu melakukannya." Pengetahuan tentang keselamatan diberikan kepada kita oleh Tuhan Yesus sendiri dan tidak ada yang bisa memperoleh pengetahuan itu melalui usahanya sendiri. Beberapa filsuf Yunani kuno mengatakan bahwa umat manusia tidak dapat mencapai pengetahuan tentang kebenaran juga tidak dapat diselamatkan sampai Tuhan sendiri datang ke bumi. Tuhan kita datang di antara manusia dan mengungkapkan pengetahuan ini kepada mereka. Siapapun yang menerima pengetahuan ini juga menerima kewajiban untuk memenuhinya. Betapa lebih mudahnya penilaian bagi mereka yang tidak pernah menerima pengetahuan ini sama sekali dan akibatnya tidak memenuhinya daripada mereka yang menerima pengetahuan ini dan lalai memenuhinya. Betapa lebih mudah menghakimi orang penyembah berhala yang tidak berpengetahuan daripada orang Kristen berpengetahuan. Tuhan kita sendiri menunjukkan diri-Nya tidak hanya mengetahui tetapi juga melakukannya. Pengetahuannya yang sempurna melengkapi perbuatan-Nya yang sempurna. Di depan mata para murid-Nya, Dia secara pribadi memenuhi semua perintah-Nya sendiri. Dia memberi mereka perintah dan menyelesaikan tindakan kerendahan hati dan kasih ketika Dia membasuh kaki para murid-Nya. Dia kemudian memerintahkan agar mereka melakukan ini satu sama lain. Tuhan kita tidak tinggal di antara manusia untuk mengotori manusia tetapi untuk memandikan mereka. Dia tidak pernah mengotori siapa pun tetapi membersihkan semua yang mau dibersihkan. Seharusnya kita malu yang telah menghabiskan banyak waktu kita dan bekerja keras untuk membersihkan diri kita sendiri tetapi bekerja dua kali lebih banyak untuk mengotori orang lain. Kita membuat keruh saudara kita sendiri. Bahkan Kristus menangis ketika Dia melihat bagaimana kita, dengan lumpur fitnah, mengotori mereka yang telah Dia basuh dengan darah-Nya sendiri. Ya Tuhan, ampuni kami! Kami berdosa setiap hari terhadap saudara kami sendiri. Jadikanlah saudara-saudara kami, ya Tuhan, yang telah kami kotori, lebih cerah dari kami di kerajaan-Mu. Engkau adil dan Engkau melihat semuanya. Amin!
Referensi:
https://www.oca.org/saints/troparia/2022/03/01/100625-martyr-eudokia-of-heliopolis
"The Prologue of Ohrid" by St. Nikolai of Zica, Serbia (Velimirovic)
No comments:
Post a Comment