Santa Syncletica adalah penduduk asli Aleksandria, putri dari orang tua yang kaya. Dia sangat cantik dan sejak usia muda dia hanya memikirkan hal-hal yang menyenangkan Allah. Mencintai kemurnian keperawanan, dia menolak untuk menikah dengan siapa pun, dan menghabiskan seluruh waktunya dalam puasa dan doa.

Setelah kematian orang tuanya, dia membagikan warisannya kepada orang miskin. Dia meninggalkan kota bersama adik perempuannya dan tinggal di ruang bawah tanah selama sisa hidupnya.

Berita tentang pertapaannya dengan cepat menyebar ke seluruh daerah, dan banyak wanita dan gadis saleh datang untuk hidup di bawah bimbingannya. Selama hidup pertapaannya, St. Synlentica itu dengan semangat mengajar para biarawati melalui perkataan dan perbuatan.

Pada usia ke-80 dia diserang oleh penyakit yang parah dan menyedihkan. Biarawati itu menanggung cobaan beratnya dengan ketekunan Kristen yang sejati dan waktu kematiannya diungkapkan kepadanya dalam sebuah penglihatan. Setelah memberikan instruksi terakhir kepada para biarawati, dia menyerahkan jiwanya kepada Tuhan sekitar tahun 350.

By a flood of tears you made the desert fertile, / and your longing for God brought forth fruits in abundance. / By the radiance of miracles you illumined the whole universe! / O our holy mother Syncletica, pray to Christ our God to save our souls! (Troparion - tone 8)

Martir Thepemptus dan Theonas

Ketika Kaisar Diokletian memulai penganiayaannya terhadap orang-orang Kristen, Theopemptus, Uskup Nikomedia, termasuk di antara yang pertama menderita kemartiran bagi Kristus. Theopemptus dibawa ke hadapan Kaisar yang mengancamnya dengan hukuman mati jika dia tidak menyangkal Kristus. Uskup pemberani ini menjawab ancaman Kaisar dengan kata-kata ini, "Ada tertulis, 'Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh' (Luk 12:4), 'tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa' (Mat 10:28). Ya Kaisar, engkau memiliki otoritas atas tubuhku; lakukan menurut apa yang menyenangkanmu." St. Theopemptus dipukuli dengan kejam, menderita kelaparan, dan disiksa dengan berbagai cara. Akhirnya, Kaisar memanggil seorang penyihir bernama Theonas untuk mengecoh orang saleh ini melalui sihir. Theonas melarutkan racun paling kuat di dalam air dan memberikannya kepada Uskup Theopemptus untuk diminum. St. Theopemptos membuat tanda salib di atas gelas dan meminum racunnya. Theonas, setelah melihat bahwa racunnya tidak berpengaruh pada Theopemptus, berpaling kepada Kaisar dan bersertu, "Aku juga seorang Kristen dan sujud di hadapan yang Tersalib." Keduanya dijatuhi hukuman mati pada tahun 298. Uskup Theopemptus dipenggal dan St. Theonas dikubur hidup-hidup. Mereka menderita secara terhormat dan menjadi warga Kerajaan Kristus pada abad ke-3.

Your holy martyrs Theopemptus and Theonas, O Lord, / through their sufferings have received incorruptible crowns from You, our God. / For having Your strength, they laid low their adversaries, / and shattered the powerless boldness of demons. / Through their intercessions, save our souls! (Troparion - tone 4)

Refleksi

Buah, buah, dan hanya buah yang dicari Allah dari setiap pohon yang hidup yang disebut manusia. Buah baik adalah hati yang mencintai Allah dan buah jahat adalah hati yang mencintai diri sendiri. Segala sesuatu yang dimiliki dan dinikmati seseorang baik itu posisi, kekuasaan, kehormatan, kesehatan, uang dan pengetahuan hanyalah daun-daun di pohon. "Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api" (Mat 3:10). Bahkan orang-orang non-Kristen menghargai perbuatan baik lebih dari kata-kata yang bagus. Apalagi hal ini telah menjadi aturan bagi para pengikut Kristus. Di sebuah dewan orang Athena yang dihadiri perwakilan dari Spartan, seorang lelaki tua pindah dari bangku ke bangku, mencari tempat duduk. Orang Athena mengejeknya dan tidak menyerahkan tempat duduk kepadanya. Ketika lelaki tua itu mendekati Spartan, semua orang bangkit dan menawarinya tempat duduk. Setelah melihat ini, orang Athena, dengan fasihnya memuji orang Sparta. Untuk hal ini, Spartan menjawab, "Orang Athena tahu apa yang baik tetapi mereka tidak berbuat baik." Siapa saja yang melakukan perbuatan baik seperti pohon menghasilkan buah yang baik bagi orang lain. Sumber kebaikan dalam diri manusia adalah hati yang baik dan cinta pada Allah.

Yohanes 15:5

"Sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5). Tuhan kita tidak memiliki kebiasaan berbicara berlebihan. Tidak ada kata-kata di dunia ini yang lebih berat dari kata-kata-Nya. Ketika Dia berkata bahwa kita tidak dapat melakukan apapun tanpa Dia, maka itu harus dipahami secara literal. Di sini, Dia berbicara tentang kebaikan dan bukan kejahatan. Kita tidak dapat melakukan jenis pekerjaan yang baik tanpa Kristus, selain dari Kristus itu bertentangan dengan Dia. Dia adalah pemilik, pemberi dan inspirasi untuk semua kebaikan. Tidak ada jenis kebaikan yang berdiri di luar-Nya demikian pula tidak ada jenis kejahatan yang terkandung di dalam-Nya. Tuhan kita berkata, "Akulah Pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya" (Yoh 15: 5). Apa yang bisa dilakukan cabang-cabang tanpa pokok anggur? Bisakah mereka tumbuh dan menghasilkan buah? Tidak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menjadi kayu bakar. Manusia dapat berpikir sekeras yang dia inginkan tetapi dia tidak dapat membayangkan satu kebaikan yang benar yang tidak ada di dalam Kristus dan yang tidak berasal dari Kristus. Jika seseorang mengatakan bahwa dia melakukan pekerjaan yang baik dan manusiawi di luar Kristus, kamu tahu bahwa itu pekerjaannya, dirusak sampai ke inti dan terkikis, baik itu dari kesia-siaan atau dari keegoisan yang tersembunyi. Manusia, tanpa Kristus, sama seperti ranting tanpa pokok anggur. Kristus sendiri yang memberi tahu kita tentang hal ini. Pokok anggur tersembunyi dan tidak terlihat tetapi cabangnya terlihat. Meskipun demikian, buah anggur di dahan dan dahan itu sendiri bergantung pada pokoknya. Pokok kebaikan yang mencakup segalanya tumbuh dari hati Allah Bapa dan disiram oleh manisnya Roh Kudus. Amin!

Lukas 11:42-46

Tuhan mencela orang-orang sezaman-Nya dengan mengatakan bahwa mereka melewati penghakiman dan kasih Allah. Mengeringnya kebenaran dan kasih adalah akar dari semua ketidakharmonisan baik di masyarakat maupun setiap orang. Itu berasal dari dominasi akan cinta diri atau egoisme. Ketika egoisme memasuki hati, seluruh gerombolan nafsu berlipat ganda. Dan hal itu menyerang kebenaran dan cinta yang membutuhkan pengorbanan bukan cinta diri. Sementara nafsu yang dihasilkan dari egoisme mengusir semua kebajikan lainnya. Dan orang itu, menurut karakter hatinya, menjadi tidak cocok untuk apa pun yang benar-benar baik. Dia masih bisa memberi perpuluhan dan segala macam persembahan tetapi dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan sesuatu yang lebih penting. Ini tidak berarti bahwa perilaku luarnya tidak layak. Tidak, dalam segala hal itu dihiasi dengan kesopanan, hanya di dalamnya dia seperti kuburan yang tidak terlihat dan orang-orang yang berjalan di atasnya tidak menyadarinya. Awal dari koreksi atau pertobatan adalah awal dari munculnya ketidakegoisan dalam hati, setelah itu kebenaran dan cinta dipulihkan. Kemudian, satu demi satu, semua kebajikan lainnya mulai hidup. Kemudian orang tersebut menjadi mulia di mata Allah karena karakter hatinya meskipun di luar dia terkadang tampak tidak menarik bagi orang lain. Tetapi penghakiman manusia bukanlah hal yang penting asalkan penghakiman Tuhan tidak terhadap kita. Amin!

Referensi:

https://www.oca.org/saints/lives/2022/01/05/100099-venerable-syncletica-of-alexandria

"The Prologue of Ohrid" by St. Nikolai of Zica, Serbia (Velimirovic)

Thoughts for Each Day of the Year According to the Daily Church Readings from the Word of God By St. Theophan the Recluse


This free site is ad-supported. Learn more